M. Aan Mansyur
Di Dekat Jendela Pesawat Terbang
Aku ingin menulis surat. Meminta maaf atas nama cermin dan kaca
jendela, langit dan cahaya, juga segala yang tidak percaya kepada
matamu pada pagi hari. Selamat pagi, Apa kabar? Kenyataan ialah api
yang berkobar di antara dadamu dan inginku. Atau segala apa yang
berkibar di antara anganmu dan tanganku. Di tempat sejauh dan
sedekat ini, tidak ada yang nyata melebihi hal-hal yang kabur dan
mustahil disentuh. Apakah aku tidur di mimpimu?

Mencintai ialah menenggelamkan diri ke dalam lautan hal kecil
yang memiliki kekuatan besar membuatku bersedih. Setiap waktu.
Atau—aku takut kedalaman, kau tahu—menyaksikan hamparan
hutan dari udara dan menyadari seluruh yang tampak hijau adalah
kepedihan. Aku curiga pesawat ini sengaja diciptakan sebagai cara
lain memusnahkan manusia dari bumi.

Rumah terakhir bagi seorang yang kucintai ialah ingatan. Memiliki
kehilangan bukti aku tidak berhenti mencintaimu. Apakah kau akan
berdiri di depan pintu saat aku tiba, seperti biasa, merentangkan
sepasang lengan yang selalu berharap ditubuhi?