Joe Million
Si Miskin Omdonesia
[Produced by Senartogok]
[Verse: Joe Million]
Parade sipit sedang berkendara Civic
Semua berwajah mirip buat mu menatap sinis
Salah memilih presiden maka begini
Sepenggal kata pemimpin bisanya hanya bermimpi
Namun telah kau pilih mengamuk senapan bibir
Kalap kau arah dan bidik wajahnya segampang itu
Derap kakimu menyatu tuk mengakhiri
Tak sadar sesuatu kau cuma harakiri
Kini kau apatis dan hanya percaya diri
Modal mengandalkan iri bergerak perkaya milik
Berdoa harapkan jin untuk mencari keping
Hingga tiba masa kau lupa cara kencing
Atau celah ke TV menjual celah bikini
Biarkan badan dililit dari kepala ke silit
Takut sarapan piring kau tonton Mario Teguh
Apa sarafmu miring makanan tak dari teguh
Atau dari menyebut Tuhan tapi dari tebu
Atau adonan tepung nasi dicampur jagung
Coba menampar pipi seraya tenangkan diri
Bertanya layakkah diri? Sayangnya tidak
Namun menghayal pun tidak karena kakiku berpijak
Tak juga mencoba bijak di atas yang terinjak
Hanya pengalaman yang dipinjam
Dari diriku dirimu dan dirinya
Peristiwa kontroversial yang penuhi omdonesia
Buatku tertarik tuk memberi sumbangsih spesial
Suara sumbang si spesial
Umbar di media tunjukkan tumpulnya
Ubunnya di media walau uban di meja
Telah jatuh berserakan mengherankan
Kau tak bisa digerakkan walau sudah dikerahkan
Semua penjelasan jelaslah kau memang tak pernah merdeka
Hidup dan dijajah dengan cara yang berbeda
Sibuk sengketa karena agama berbeda
Apa Tripitaka, Alkitab, Quran, dan Weda
Akan membuat darah lebih berwarna merah
Dan buatmu lebih layak tuk semena-mena
Menentukan hak ulayat berdasar yang dipercaya
Menjadi budaya yang banyak jadi buaya
Memangsa kaum kafir ruang kecil tak berdaya
Tumbuhkan rasa benci keinginan membalas
Kutukan tanpa henti tuntutan atas peti
Runtuhkan apa yang coba dikumpulkan pahlawan
Beda Tuhan telah buat kau menjadi lawan
Apa ada Tuhan buat kau tak butuh papan
Apa ada Tuhan buat kau tak butuh sandang
Apa ada Tuhan buat kau tak butuh makan
Ku tak butuh Tuhan jika buatku bunuh kawan
Aku berbicara dari apa yang dilihat
Kau mempunyai pilihan tuk menghentikan rintihan
Atau memandangku dan melontarkan cibiran
Karena menganggap karyaku hanya sebuah sindiran
Tak membuka pikiran angkuh dalam ketinggian
Ku teguh berpendirian walau hanya sendirian
Saat ku mati kataku kan tetap terngiang