Jason Ranti
Bahaya komunis
Terus terang aku khawatir
Dengan komunis di tanah air
Yang belakangan hidup kembali
Dari dalam gang,
di pikiran, di pinggiran,
di selangkangan
Ini mungkin tanda-tanda
kudetanya yang mutakhir
Ooo.. telepon nine one one!
Belakangan muncul simbol
Di mana-mana,
di langit-langit,
di layar kaca
Di kepala,
di internet,
di jendela
Di kaos band metal,
di bawah terpal,
di balik aspal
Oooo, ow! Mana di mana
Maka pertama kuamankan
keluarga dari bahan pangan
Yang mengandung unsur komunis,
yang manis manis
Yang manis manis,
yang Marxis Marxis
Akan kularang itu Chinese food,
itu babi merah,
itu kolang-kaling
Vodka Rusia dan sayur genjer,
semua kubredel!
Aku siaga, selalu waspada,
bahaya merah di mana-mana
Kini curiga waktu kulihat
istri tercinta rambutnya merah
Bibirnya merah, behanya merah,
kukunya merah, sepatunya merah
Oh, istriku mengapa kau merah?
Mungkin ia agen rahasia?
Oooo, sudah kuduga
Baru kemarin aku terkejut
aku tersudut lalu menyebut
waktu kulihat anak pertama
begitu asik dengan pr berhitung
i er san se s
ungguh komunis telah menyusup
jauh kedalam sekolahan
coba bayangkan palu dan arit
kini diajarkan
dalam bentuk aritmatika
oo ilmu neraka
aku berfikir lalu terkilir
orang orang kiri seperti penyihir
kulihat dunia dititik nadir
kulihat negara terombang ambing
orang orang kiri mendadak hadir
kucari petunjuk didalam kitap
susuri kalimat biar kumantap,
kubaca kiri menuju kanan,
mulai dari kiri menuju kekanan
kini kusadar apa yang ku buat
aku membaca mulai dari kiri
oh ini buku pasti buku kiri,
ohhh buku ku bakar
aku kawatir aku gemetar
tiada pilihan selain kedokter
aku rebahan disamping suster
ia tanyakan kupunya keluhan
aku katakan itu komunis
buat jantung berantakan tak karuan
suster ambilkan itu stetoskop
lalu dadaku ia tekan tekan
ia simpulkan ritme jantungku tak beraturan
ini gejalan aritmia aritmia aritmia
oh tuhan kenapa biarkan
arit keparat tinggal dibadan
ohh suster sialan
Kini kiamat sudah mendekat/
aku berdoa aku berharap/
kepada tentara kepada malaikat/
kepada ormas yang super waras/
aku tak pernah berhenti berharap.